Abrasi Melanda Winong, Akibat Murni Bencana Alam atau Ada Ulah PLTU Cilacap?  

January 16, 2023by Admin LBH Yogyakarta0

Saya sedih karna sebagian teman saya sudah pindah rumah– Novi, Pemudi Dusun Winong

Dusun Winong mulanya memiliki penduduk berdasarkan kepemilikan kartu keluarga (KK) sebanyak lebih kurang 391 KK dengan jumlah  237 rumah. Kini penduduk Dusun Winong mulai kian menyusut dan meninggalkan tanah kelahirannya dikarenakan ketakutan terhadap abrasi. Merujuk pada definisi umum, abrasi merupakan pengikisan daratan pantai akibat dari intensitas gelombang air laut. Definisi tersebut sangat sering digunakan sebagai penyebab dari terjadinya abrasi. Namun, berbeda halnya ketika melihat penyebab abrasi yang terjadi di dusun Winong.

Dugaan penyebab abrasi yang terjadi di dusun Winong disinyalir akibat keberadaan industri kelistrikan yakni pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) Karangkandri, Cilacap. Pasalnya, aktivitas PLTU Karangkandri yang hanya berbatasan bangunan (tembok) dengan dusun Winong itu, secara rutin melakukan kegiatan pengerukan (dredging) pada alur pelayaran pelabuhan dan alur canal intake. Merujuk pada dokumen lingkungan (AMDAL) PLTU Karangkandri, setiap tahunnya PLTU Karangkandri melakukan aktivitas pengerukan pasir laut dengan volume lebih kurang 315.000 M3 untuk alur pelayaran dan 116.200 M3 untuk alur canal intake.

Abrasi paling parah berada di sebelah timur Dusun Winong, hal itu juga turut disebabkan pembangunan break water untuk melindungi dermaga sebagai bagian dari aktivitas bongkar muat batu bara untuk kebutuhan PLTU. Break water yang dibangun menyerong (miring) mengakibatkan aliran ombak laut langsung menuju wilayah sebelah timur dusun Winong. Hal itu yang diduga menjadi penambah dan memperparah abrasi di dusun Winong sebelah timur.

Terhitung per bulan Oktober 2022, setidaknya 85 KK dengan 58 kepemilikan rumah yang sudah pindah dari dusun Winong. Kemudian ada 30 KK dengan 23 kepemilikan rumah yang potensi pindah. Kepindahan sebagian warga tidak lain dan tidak bukan karna memang alasan terpaksa. Seperti yang dialami oleh Ibu Karsem, rumah beliau menjadi salah satu yang terdampak oleh abrasi. Rumah Bu Karsem menjadi satu-satunya rumah yang berada di paling ujung timur dusun Winong. Tetangga sebelah timurnya sudah pindah dan hanya meninggalkan runtuhan bangunan rumah.

Bu Karsem menyampaikan “saya sudah mau pindah rumah, hanya nunggu waktu saja”. Bu Karsem dulunya berprofesi sebagai pencari rongsok dipantai. Semenjak terjadi abrasi dan ada pembangunan PLTU, akses untuk mencari rongsokan tidak ada lagi. Selain mencari rongsok, beliau juga menanam umbi-umbian di sekitar rumahnya. Saat ini, Bu Karsem telah meninggalkan profesi lamanya tersebut. Sembari menunggu kepindahan, Bu Karsem memilih berjualan (membuka warung) untuk menambah modal pindah rumah.

Lain hal dengan Bu Karsem, pemudi Winong bernama Tri Rastuti yang rumahnya terdampak abrasi juga merasakan keterpaksaan untuk pindah rumah. Tri Rastuti kini pindah rumah di Desa Menganti. Rumah orang tua Tri Rastuti di Winong sudah dibongkar sejak bulan Agustus 2022. Rumahnya sangat dekat dengan tempat pembuangan abu endap batu bara (bottom ash) yaitu ash yard dengan jarak kurang lebih 50 Meter. Rumahnya juga dekat dengan lokasi abrasi yang berjarak kurang lebih 15 Meter.

Saya pindah rumah karna mengikuti orang tua. Walau sudah pindah, saya masih sering main ke Winong karna di tempat saya yang baru, saya tidak memiliki teman bermain” Ungkap Tri.

Tri sering bermain dengan Novi dan mereka juga tergabung dalam kegiatan yang sama, yaitu kegiatan keagamaan ikatan remaja masjid (IRMAS) Baitul Muttaqin Winong. Sebagai teman satu dusun dengan Tri, Novi merasa sedih. Kesedihannya bertambah ketika banyak warga di dusunnya berbondong-bondong pindah pula.

Novi mengatasi kesedihannya dengan aktif mengajar salah satu Taman Pendidikan Al-Quran (TPQ) yang ada di dekat rumahnya. Dengan mengajar TPQ, Novi merasa tidak sendirian dan bisa berinteraksi dengan orang banyak walau bukan teman sebaya.

Cerita itu menunjukkan bahwa abrasi memiliki dampak berkepanjangan. Permasalahan ini pun telah lama mendapatkan respon dari warga. Warga beberapa kali melakukan protes kepada pihak PT. S2P (PLTU Karangkandri) dan Pemerintah Kabupaten Cilacap. Namun hal itu tak kunjung mendapatkan respon baik – Setidaknya sampai tulisan ini dibuat warga masih menunggu respon tersebut.

 

Penulis: Muhammad Reza Wahyu Artura Putra – Asisten Pengabdi Bantuan Hukum (APBH) YLBHI-LBH Yogyakarta

 

Sumber :

Data warga Winong dari tim kasus advokasi PLTU Cilacap LBH Yogyakarta

Dokumen AMDAL PLTU Karangkandri

Wawancara Ibu Karsem, Tri, dan Novi