Lagi, Warga PPLP Tolak Tim Penyusun Amdal

Sumber : Harjo, Rabu, 30 Maret 2011 09:32:51

KULONPROGO: Keinginan kuat para petani yang tergabung dalam Paguyuban Petani Lahan Pantai (PPLP) untuk menolak adanya penambangan pasir besi terus disuarakan.

Setelah pada Senin (28/3) PPLP menolak pengisian kuesioner yang dilakukan para Perangkat Desa (Perdes) di Desa Pleret.

Selasa (29/3) kemarin, warga kembali menolak kehadiran tim independen yang akan mencari data guna penyusunan analisa mengenai dampak lingkungan (Amdal) di Desa Garongan.

Pertemuan antara tim independen dengan perdes yang dilakukan di Balai Desa Garongan agak memanas. Warga yang tergabung dalam PPLP telah menduduki balai desa sejak pagi hari, meski pertemuan digelar pukul 10.00 WIB.

Pada saat tim independen datang yang dipimpin oleh Ketua tim penyusun Amdal, Bambang Agus Suripto, dengan dikawal aparat Kepolisian dari Polres Kulonprogo.
Massa sontak menyoraki rombongan yang terdiri dari berbagai akademisi yang berjumlah delapan orang tersebut.

Meski pertemuan dapat dimulai, namun massa yang memadati Balai Desa Garongan membuat suasana menjadi gaduh. Anggota tim penyusun aspek sosial Amdal, Ina Sita Nur’ Ainna yang mencoba menjelaskan kedatangan tim independen tersebut dengan memperkenalkan diri keseluruhan anggota tim, massa terus menyoraki.

Bahkan, sesaat setelah Ina menjelaskan maksud kedatangan untuk kulo nuwun dan memperkenalkan diri, perwakilan warga kemudian mengajukan permintaan waktu untuk menyatakan sikapnya.

Padahal sedianya rombongan baru akan melakukan undian untuk mencari responden yang akan diminta untuk mengisi kuesioner dan diwawancarai guna mencari data secara sosial untuk Amdal tersebut.

“Kami akan mengundi sebanyak 58 petani yang akan dijadikan responden, selain mengambil data dari seluruh perdes sebanyak 23 orang termasuk Badan Perwakilan Desa (BPD),” kata dia.

Perwakilan warga yang menyampaikan sikapnya yaitu Wakil Ketua PPLP yang juga menjabat sebagai anggota BPD Garongan, Sutar mengatakan, warga tidak mau dan tidak akan bersedia untuk dijadikan responden untuk penyusunan data Amdal.

Ia menjelaskan, pengisian Amdal hanya sebuah akal-akalan untuk menggolkan rencana penambangan pasir besi di kawasan pesisir selatan Kulonprogo.

“Sejak awal warga di pesisir sudah berkomitmen untuk tidak akan pernah terlibat atau melibatkan diri dalam semua proses yang terkait rencana penambangan pasir besi, termasuk penyusunan Amdal,” ujarnya.

Sutar juga menyayangkan keinginan tim independen yang tetap masuk ke wilayah selatan Kulonprogo, meski telah mengetahui bahwa warga menolak rencana penambangan pasir besi tersebut.

“Tim seharusnya tidak perlu masuk ke wilayah kami, karena dari pemberitaan media massa selama ini, seharusnya mereka menyadari kalau kami sampai kapanpun akan tetap menolak,” tandasnya.

Sementara Koordinator PPLP, Widodo mengatakan, kuesioner yang dibagikan hanya menjadi legitimasi bahwa masyarakat menyetujui penambangan.

“Saya telah mempelajari kuesioner yang akan tim bagikan kepada responden, dari situ terlihat secara jelas jika kuesioner tersebut hanya berisi penggiringan sikap warga untuk menyetujui penambangan,” urai dia.

Widodo juga kembali menegaskan jika warga di pesisir yang selama ini menggantungkan hidupnya dari bertani sudah merasa cukup sejahtera meski tanpa adanya penambangan.

Usai menyuarakan aspirasinya, warga kemudian meminta tim untuk segera meninggalkan wilayah pesisir untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan, yang kemudian dipatuhi oleh tim yang keluar dari Balai Desa Garongan dengan kawalan ketat aparat Kepolisian.

Ketua tim penyusun Amdal, Bambang Agus Suripto, sesaat sebelum meninggalkan wilayah pesisir enggan memberikan komentar terkait adanya insiden yang meminta tim untuk meninggalkan wilayah pesisir.

“Biar warga tenang dulu, kami akan melihat nanti perkembangan selanjutnya,” ungkapnya.

Sementara sosialisasi kedua di hari yang sama sedianya akan dilakukan di Balai Desa Bugel pukul 13.00 WIB, namun terpaksa dibatalkan karena suasana sudah tidak kondusif.(Harian Jogja/Dasa Saputra)