Siswa SMAN I Banguntapan Demo

Radar Jogja, Sabtu 28 Agustus 2010

Terkait Transparansi Proses Penerimaan Siswa dan Keuangan

BANTUL – SMAN I Banguntapan (Bantul) boleh saja berhasil mempecundangi Fraksi PAN DPRD Bantul dua kali berturut-turut. Namun siang kemarin (27/8), pimpinan sekolah tersebut benar-benar dibuat tak berdaya setelah puluhan siswa setempat berhasil menggelar aksi unjuk rasa di halaman sekolah.

Sama dengan Fraksi PAN DPRD Bantul yang dua kali melakukan sidak (inspeksi mendadak) ke sekolah tersebut, puluhan siswa setempat menggelar aksi unjuk rasa juga berkaitan dengan tranparasi proses penerimaan siswa baru dan keuangan.

Agar sikap siswa ini tidak mencuat ke permukaan, pihak sekolah sudah berusaha sekuat tenaga untuk mencegah terjadinya aksi unjuk rasa yang dilakukan oleh para siswa. Bahkan, dua siswa setempat yang diduga merupakan pimpinan siswa yang akan melakukan aksi unjuk rasa sudah “disekap” sekitar 4 jam.

Kedua siswa yang disekap tersebut adalah Rizkiawan dan Ghana Yuriko yang merupakan siswa dari kelas 12 IPA. Keduanya disekap oleh 2 oknum petugas keamanan sekolah dan 1 orang polisi yang kebetulan dapat giliran jaga.

Riskiawan mengatakan, keduanya telah disekap selama hampir 4 jam di Aula Sekolah karena keduanya memimpin pertemuan para siswa. Pertemuan yang berlangsung tanggal 29 Juli tersebut, mempunyai agenda akan melakukan aksi demo menuntut pihak sekolah untuk melakukan transparansi kebijakan yang selama ini merugikan sekolah.

Tidak hanya disekap, kedua siswa juga mendapat intimidasi dari salah seorang petugas keamanan sekolah. Kepada keduanya, oknum petugas kemanan tersebut mengaku bisa berbuat apa saja kepada mereka berdua. Sebab, menurut petugas keamanan, mereka tahu persis seluk beluk kedua siswa tersebut baik itu alamat di mana tinggal, maupun siapa orangtua mereka.

“Kami disekap dari jam 8 malam hingga tengah malam, kami sebenarnya takut dengan intimidasi tersebut,” ujar Riski panggilan akrabnya.

Merasa mendapat intimidasi dari pihak sekolah, 2 siswa SMA 1 Banguntapan itu mengadu ke Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Jogja dan Jogja Police Watch (JCW). Mereka berdua mengadukan ancaman yang dilakukan oleh pihak sekolah. Selain takut ancaman fisik, mereka juga mengaku takut jika suatu saat nanti mereka akan dikeluarkan dari sekolah, atau mendapat nilai jelek sewaktu ujian nanti.

Dalam aksi demo kali ini, puluhan siswa juga menuntut selain penjelasan kasus intimidasi, mereka juga menuntut adanya pengusutan terkait dugaan penyelewengan dana sekolah, serta penyelewengan dalam Penerimaan Siswa Baru (PSB) tahun ini. Transparansi penggunaan anggaran memang menjadi hal utama yang mereka desak, karena selama ini menurut para siswa, semua siswa telah membayar uang sekolah yang cukup mahal untuk berbagai keperluan, namun ternyata tidak ada penambahan fasilitas apapun.

Para siswa juga menjelaskan bahwa mereka sudah membayar Rp 2,7 juta per siswa. Namun demikian para siswa tidak melihat adanya penambahan fasilitas yang memadai di sekolah tersebut. (ufi)